Senin, 18 Juli 2016

Mangkuk yang Cantik, Madu dan Sehelai Rambut

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan sahabat-sahabatnya Abu Bakar, Umar, dan Utsman Radhiyallahu’anhum bertamu ke rumah ‘Ali Radhiyallahu’anhu. Di rumah ‘Ali Radhiyallahu’anhu istrinya Sayyidatina Fathimah Radhiyallahu’anha putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang  cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan sehelai rambut terikut di dalam mangkuk itu. Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut).
 
Abu Bakar Radhiyallahu’anhu berkata, "Iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. orang yang beriman itu lebih manis dari madu. Dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut".
 
Umar Radhiyallahu’anhu berkata, "Kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Seorang raja itu lebih manis dari madu. Dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai   rambut".
 
Utsman Radhiyallahu’anhu berkata, "Ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu. Dan beramal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
 
'Ali Radhiyallahu’anhu berkata, "Tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Menjamu tamu itu lebih manis dari madu. Dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumanya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
 
Fatimah Radhiyallahu’anha berkata, "Seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Wanita yang berpurdah (berhijab/bercadar) itu lebih manis dari madu. Dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali mahromnya lebih sulit dari meniti sehelai   rambut".
 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, "Seorang yang mendapat taufiq untuk beramal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini. Beramal dengan amal yang baik itu lebih manis dari madu. Dan berbuat amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
 
Malaikat Jibril ‘Alahis sallam berkata, "Menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik. Menyerahkan diri, harta, dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu. Dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut".
 
Allah Subhaanahu wata’ala berfirman, "Surga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu. Nikmat surga-Ku itu lebih manis dari madu. Dan jalan menuju surga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Minggu, 17 Juli 2016

Pahala Sebanyak Bintang Di Langit

Suatu malam Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dan istrinya Sayidatina Aisyah Radhiyallahu’anha berdiri di depan rumahnya sambil memandang keindahan langit ciptaan ALLOH Subhaanahu wata'ala.
 
Sayidatina Aisyah Radhiyallahu’anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, "Ya Rasulullah (Shallallahu 'alaihi wasallam), pahala siapakah sebanyak bintang-bintang di langit itu?".
 
Di dalam hatinya Sayidatina Aisyah Radhiyallahu’anha menebak pahala sebanyak ini pasti pahala bapaknya.
 
"Pahala sebanyak ini adalah pahala sahabatku Umar (Radhiyallahu’anhu)", jawab Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.
 
Sayidatina Aisyah Radhiyallahu’anha terkejut, lalu ia bertanya, "ya Rasulullah (Shallallahu 'alaihi wasallam) bagaimana dengan bapakku?".
 
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam tersenyum kepada istrinya sambil beliau Shallallahu 'alaihi wasallam berkata, "ketahuilah istriku, satu hari penghijrahan Abu Bakar (Radhiyallahu’anhu) bersamaku pahalanya lebih banyak dari pahala Umar (Radhiyallahu’anhu) dan keluarganya sampai hari kiamat".

Jumat, 15 Juli 2016

Jibril AS, Kerbau, Kelelawar, Dan Cacing

Suatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibri AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau.

Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, "hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.

Malaikat Jibril AS mendatanginya seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah goa. Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "hai kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar". "Masya Allah, alhamdulillaah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya", jawab si kelelawar. Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.

Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya".

Kurma Madinah

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan para sahabatnya untuk segera berangkat ke Tabuk menghadapi kaum kafir, mereka semua bersegera menyambutnya. Hanya beberapa orang  sahabat yang tidak mengikuti peperangan tersebut, selain orang tua, para wanita dan anak-anak serta orang-orang munafik. Panen kurma hampir tiba dan masa itu musim panas yang terik sedang melanda, sementara perbekalan dan persenjataan yang dimiliki sangat minim, akan  tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya Radhiyallahu’anhum tetap berangkat. Diwaktu itulah keimanan dan pengorbanan para sahabat diuji. Orang-orang munafik mulai menyebarkan desas-desus dan menghasut para sahabat Radhiyallahu’anhum agar tidak meninggalkan kebun kurma mereka dan tidak menyertai peperangan tersebut. Hasutan para munafiqin itu tidak hanya kepada para sahabat Radhiyallahu’anhum tetapi istri para sahabat Radhiyallahu’anhuma pun tidak luput dari hasutan mereka. Mereka para munafiqin itu berkata, "suami-suami kalian pergi ke Tabuk sementara kurma di kebun-kebun kalian sebentar lagi ranum, siapakah yang akan mengurusnya. Mereka meninggalkan kesempatan yang bagus ini dan pergi meninggalkannya begitu saja". Istri-istri para sahabat itu menjawab dengan keimanan mereka, "pencari rezeki telah pergi dan pemberi rezeki telah datang". Pada masa itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat Radhiyallahu’anhum dengan pertolongan Allah Subhaanahu wata’ala kembali dari peperangan dalam waktu yang sangat singkat. Allah Subhaanahu wata’ala menjaga kebun-kebun kurma dan keluarga mereka. Tidak satupun buah kurma yang telah masak itu jatuh dari tangkainya, panen mereka berlipat ganda hasilnya dan walaupun demikian harga kurma    Madinah saat itu mencapai harga tertinggi sehingga para sahabat Radhiyallahu’anhum tidak mendapatkan kerugian sedikit pun. Sampai saat ini kurma Madinah adalah yang paling digemari dan terkenal di mana-mana.