Minggu, 15 November 2015

Minum Arak Puncak Segala Kejahatan

Dosa manakah, minum-minuman yang memabukkan, berzina atau membunuh. Itulah teka-teki sebagai inti khutbah Khatifah Utsman bin Affan R.A seperti yang diriwayatkan oteh Az-Zuhriy, dalam khutbah Utsman itu mengingatkan umat agar berhati-hati terhadap minuman khamr atau arak. Sebab minuman yang memabukkan itu sebagai pangkal dari perbuatan keji dan sumber segala dosa.

Dulu hidup seorang ahli ibadah yang selalu tekun beribadah ke masjid, lanjut khutbah Khalifah Utsman R.A. Suatu hari lelaki yang soleh itu berkenalan dengan seorang wanita cantik.

Kerana sudah terjatuh hati, lelaki itu menurut saja ketika disuruh memilih antara tiga permintaannya, tentang kemaksiatan. Pertama minum khamr, kedua berzina dan ketiga membunuh bayi. Mengira minum arak dosanya lebih kecil daripada dua pilihan lain yang diajukan wanita pujaan itu, lelaki soleh itu lalu memilih minum khamr.

Tetapi apa yang terjadi, dengan minum arak yang memabukkan itu malah dia melanggar dua kejahatan yang lainnya. Dalam keadaan mabuk dan lupa diri, lelaki itu menzinai pelacur itu dan membunuh bayi di sisinya.

“Kerana itulah hindarilah khamr, kerana minuman itu sebagai biang keladi segala kejahatan dan perbuatan dosa. Ingatlah, iman dengan arak tidak mungkin bersatu dalam tubuh manusia. Salah satu di antaranya harus keluar. Orang yang mabuk mulutnya akan mengeluarkan kata-kata kufur, dan jika menjadi kebiasaan sampai akhir hayatnya, ia akan kekal di neraka”.

Jumat, 30 Oktober 2015

Percakapan Musa A.S Dengan Tuhan

Musa A.S : Oh Tuhan, ajarilah kami sesuatu yang dapat kami pakai untuk berzikir dan berdo’a kepada Engkau.
Tuhan : Ucapkan, Laa Ilaaha Illallaah hai Musa.
Musa A.S : Oh Tuhan, semua hamba-Mu telah mengucapkan kalimat itu.
Tuhan : Hai Musa, andaikan langit yang tujuh berserta seluruh penghuninya selain Aku, dan bumi yang tujuh ditimbang dengan Laa Ilaaha Illallaah, niscaya masih berat Laa Ilaaha Illallaah.

Kata Hikmah :
  1. Kisah ini diambil dari hadits Nabi S.A.W yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hibban dan Imam Al-Hakim dan Abi Sa’id Al-Khud Riyyi R.A.
  2. Nilai Laa Ilaaha Illallaah lebih hebat daripada langit, bumi dan seluruh penghuninya.
  3. Langit itu berpenghuni.
  4. Bumi itu tujuh lapis sebagaimana langit.
  5. Seutama-utama zikir adalah Laa Ilaaha Illallaah.

Kamis, 29 Oktober 2015

KISAH ASHABUL UKHDUD

Ashabul ukhdud adalah orang-orang yang membuat parit, yang dilaknat Allah SWT di dalam firman-Nya :

Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya,...”. (QS Al-Buruj [85] : 4-6)

Mereka membuat parit dan menyalakan api dengan kayu bakar di dalamnya, untuk membakar orang-orang Mukmin. Karena itu Allah SWT melaknat mereka. Kisah itu berawal dari kepahlawanan seorang pemuda yang mengorbankan dirinya untuk mengajak manusia agar beriman kepada Allah SWT.

Yuk kita simak kisahnya, seperti yang diceritakan oleh Nabi kita Muhammad SAW kepada para sahabatnya.

Tersebutlah pada zaman dahulu ada seorang raja yang mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir itu sudah lanjut usia, ia berkata kepada sang raja, “Sesungguhnya usiaku sudah semakin tua dan ajalku akan segera tiba, oleh karenanya berikan kepadaku seorang pemuda untuk aku ajarkan ilmu sihir”.

Maka sang raja pun menyerahkan kepadanya seorang pemuda yang kemudian dia ajari ilmu sihir. Dan di jalan yang dilaluinya menuju tukang sihir, disana ada seorang ahli ibadah (rahib).

Lalu pemuda itu mendatangi rahib itu dan mendengarkan ucapannya. Maka dia dibuat terkagum-kagum oleh gaya bahasa dan ungkapannya. Jika dia mendatangi tukang sihir maka dia dipukul dan ditanya, “Apa yang membuatmu tidak datang ?”

Dan jika mendatangi keluarganya maka mereka memukulnya seraya berkata, “Apa yang membuatmu tidak datang ?”.

Kemudian dia mengeluhkan hal tersebut kepada rahib. Maka rahib itu berkata, “Jika tukang sihir hendak memukulmu, maka katakan ‘keluargaku telah menahanku’, dan jika keluargamu hendak memukulmu, maka katakan kepada mereka, ‘Tukang sihir telah menahanku’”.

Suatu hari tiba-tiba pemuda itu mendapatkan seekor binatang yang mengerikan lagi besar yang telah menahan umat manusia sehingga mereka tidak dapat melewati jalan.

Lalu dia mengatakan (pada dirinya). “Pada hari ini aku akan mengetahui, apakah perintah rahib yang lebih dicintai Allah atau perintah tukang sihir”.

Kemudian dia mengambil batu dan berkata, “Ya Allah, jika perintah rahib itu lebih Engkau sukai dan ridhai daripada perintah tukang sihir, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang dapat melewati jalan”.

Selanjutnya dia melemparnya dengan batu, kemudian binatang itu mati dan orang-orang dapat berlalu.

Kemudian dia menceritakan hal itu kepada sang rahib. Dan rahib itu berkata kepadanya, “Hai anakku, engkau lebih baik daripada diriku dan engkau akan diuji, hendaklah engkau tidak melaporkan tentangku”.

Dan pemuda itu dapat mengobati orang yang terkena penyakit sompak, lepra dan berbagai macam penyakit lainnya, dan dapat menyembuhkan mereka.

Raja mempunyai seorang pembantu yang buta. Dia mendengar berita tentang pemuda tersebut.   Maka dia pun mendatanginya dengan membawa hadiah yang cukup banyak seraya berkata, “Sembuhkanlah diriku, dan engkau akan mendapatkan semua yang ada di sini”.

Pemuda itu menjawab, “Aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun, sebenarnya yang menyembuhkan itu adalah Allah Yang Mahamulia lagi Mahaperkasa. Jika engkau beriman kepada Allah, maka aku akan berdo’a kepada-Nya sehingga Dia pun akan menyembuhkanmu.”

Maka orang itu pun beriman, kemudian pemuda itu mendo’akannya, lalu Allah memberikan kesembuhan kepadanya. Setelah itu orang tersebut menghadap sang raja, dia duduk di dekatnya sebagaimana yang biasa dia lakukan. Sang raja berkata kepadanya, “Hai fulan, siapa yang telah mengembalikan pandanganmu ini ?” Rabb-ku, jawabnya.

“Aku !” tegas raja tersebut.

Pengikutnya itu menjawab, “Tidak, Rabb-ku dan juga Rabb-mu”.

“Apakah engkau mempunyai Rabb selain diriku ?” tanya raja itu. Dia pun menjawab, “Rabb-ku dan juga Rabb-mu adalah Allah”.

Kemudian pengikutnya itu disiksa tiada henti-hentinya hingga akhirnya dia memberitahu tentang keberadaan sang pemuda. Dibawanya pemuda itu kepada sang raja.

Raja itu berkata, “Telah sampai berita kepadaku bahwa sihirmu dapat menyembuhkan penyakit sompak, lepra dan berbagai penyakit lainnya”.

Sang pemuda menjawab, “Aku tidak dapat menyembuhkan penyakit, hanya Allah saja yang dapat menyembuhkan penyakit”.

Sang raja berkata, “Aku !” Sang pemuda menjawab, “Tidak !” Raja itu bertanya, “Apakah ada Rabb selainku ?”.

Sang pemuda menjawab, “Rabb-ku dan Rabb-mu adalah Allah”.

Maka disiksalah pemuda itu hingga akhirnya ia memberitahu tentang keberadaan sang rahib. Lalu rahib itu dibawa menghadap raja, dan raja itu berkata, “Tinggalkan agamamu !”.

Tetapi rahib itu menolak melakukannya. Maka sang raja meletakkan gergaji di tengah-tengah kepalanya sehingga membelah tubuhnya menjadi dua. Lalu ia berkata kepada orang yang buta tadi,

“Tinggalkan agamamu !” Tetapi orang itu menolak meninggalkan agamanya sehingga raja itu meletakkan gergaji di tengah-tengah kepalanya lalu membelah tubuhnya menjadi dua pula.

Kemudian raja itu berkata kepada sang pemuda, “Tinggalkanlah agamamu !” Namun pemuda itu tetap menolak.

Selanjutnya raja mengatakan kepada beberapa orang untuk membawanya ke sebuah gunung seraya mengatakan, “Jika kalian telah sampai di puncaknya, jika dia mau meninggalkan  agamanya maka biarkanlah dia, dan jika tidak mau maka lemparkanlah dia”.

Maka mereka pun pergi membawanya. Dan ketika mereka sampai di ketinggian gunung, maka pemuda itu berdo’a, “Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka sesuai dengan kehendak-Mu”. Kemudian gunung itu pun berguncang yang membuat mereka semua terguling.

Kemudian pemuda itu datang lagi seraya mencari-cari jalan hingga akhirnya masuk menemui sang raja, maka raja itu bertanya, ”Apa yang telah terjadi pada orang-orang yang mengawalmu ?”. Dia menjawab, “Allah Ta’ala telah menyelamatkan diriku dari mereka”.

Selanjutnya raja itu mengutus beberapa orang dan berkata, “Jika kalian telah sampai di tengah lautan, jika dia mau meninggalkan agamanya, maka biarkanlah dia, dan jika tidak maka tenggelamkan saja dia”.

Dan pada saat mereka sampai di tengah lautan, pemuda itu berdo’a, “Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka sesuai dengan kehendak-Mu”. Maka mereka semua tenggelam.

Selanjutnya pemuda itu datang lagi dan menemui sang raja, lalu raja itu bertanya lagi, “Apa yang telah terjadi dengan orang-orang yang mengawalmu ?”. Dia menjawab, “Allah telah menyelamatkan diriku dari mereka”.

Lebih lanjut pemuda itu berkata, “Sesungguhnya engkau tidak akan dapat membunuhku sehingga engkau mengerjakan apa yang aku perintahkan kepadamu. Jika engkau mengerjakan apa yang aku perintahkan kepadamu, barulah engkau bisa membunuhku, jika tidak, engkau tidak akan pernah dapat membunuhku.

Raja itu pun bertanya, “Apa itu ?”.

Dia menjawab, “Engkau harus mengumpulkan orang-orang di suatu tanah lapang, lalu  engkau menyalib diriku di batang pohon, lalu ambillah panah dari tas milikku, kemudian ucapkan, ‘Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini’. Jika engkau melakukan hal tersebut, maka engkau akan dapat membunuhku”.

Kemudian raja itu pun melakukan hal tersebut dan meletakkan anak panah di busur miliknya dan kemudian dia melontarkannya seraya berkata, “Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini”.

Maka anak panah itu pun meluncur tepat mengenai pelipisnya. Selanjutnya pemuda itu meletakkan tangannya pada bagian yang terkena panah tersebut dan kemudian wafat. Maka (melihat hal itu) orang-orang pun berkata, “Kami beriman kepada Rabb pemuda ini”.

Lalu dikatakan kepada raja tersebut, “Bagaimana pendapatmu melihat apa yang selama ini engkau hindari ? Demi Allah, sesungguhnya hal itu telah terjadi. Semua orang telah beriman kepada Allah”. Lalu raja memerintahkan prajuritnya agar menyiapkan peralatan galian untuk membuat parit-parit dan menyalakan api di dalamnya, seraya berkata, “Barangsiapa yang mau meninggalkan agamanya, maka biarkanlah mereka tetap hidup dan jika tidak, lemparkanlah mereka ke dalam parit”.

Mereka saling tarik-menarik dan dorong-mendorong sehingga akhirnya datang seorang wanita dengan menggendong bayinya yang masih disusuinya seakan-akan dia takut terjerumus ke dalam api. Maka bayinya berkata, “Bersabarlah wahai ibuku ! Sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran”.

Allah mengutuk orang-orang yang membuat parit itu dalam firman-Nya :


Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mu'min itu melainkan karena orang-orang mu'min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji”. (QS Al-Buruj [85] : 4-8)

PENJELASAN DARI KISAH INI :
  1. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan menyesatkan siapa yang dia kehendaki. Pemuda dalam kisah ini mendapatkan petunjuk dari Allah, meskipun dia berada dalam pengawasan seorang tukang sihir dan raja yang kafir.
  2. Kita harus belajar sungguh-sungguh sejak masih muda belia, seperti pemuda itu, agar kita menjadi pandai, dan dapat menolong diri kita dan orang lain dengan ilmu yang bermanfaat.
  3. Kita tidak boleh terperdaya oleh kepandaian atau kelebihan seseorang, tetapi mengembalikan semuanya kepada Allah. Lihatlah pemudah itu, dia tidak pernah menyombongkan keahliannya menyembuhkan penyakit di hadapan manusia, tetapi selalu menegaskan bahwa hanya Allah sajalah yang menyembuhkan, dan hanya kepada Allah dia berdo’a meminta kesembuhan.
  4. Sesungguhnya Allah Yang Mahatinggi selalu menampakkan kebenaran dan membela para pendukungnya, serta akan menyingkirkan kebatilan dan para penyerunya.
  5. Seseorang yang beriman boleh mengorbankan dirinya untuk menegakkan tauhid agar manusia beriman kepada Allah saja seperti di dalam kisah di atas. Sang pemuda rela mati mengorbankan dirinya sehingga keteguhan dan kebenaran dakwahnya disaksikan oleh orang banyak, maka orang-orang pun beriman kepada Allah, Rabb pemuda itu, dan Rabb kita semua.
  6. Orang-orang yang beriman akan selalu mendapatkan ujian atas keimanan mereka, seperti yang ditunjukkan oleh kisah diatas, dan banyak kisah lainnya dalam Al-Qur’an.

Jumat, 23 Oktober 2015

Ayat Kursi Menjelang Tidur

Abu Hurairah R.A pernah ditugaskan oleh Rasulullah S.A.W untuk menjaga gudang zakat di bulan Ramadhan. Tiba-tiba muncullah seseorang, lalu mencuri segenggam makanan. Namun kepintaran Abu Hurairah memang patut dipuji, kemudian pencuri itu kemudian berhasil ditangkapnya.

“Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W”, gertak Abu Hurairah R.A.

Bukan main takutnya pencuri itu mendengar ancaman Abu Hurairah R.A, hingga kemudian ia pun merengek-rengek : “Saya ini orang miskin, keluarga tanggungan saya banyak, sementara saya sangat memerlukan makanan”.

Maka pencuri itu pun dilepaskan. Bukankah zakat itu pada akhirnya akan diberikan kepada fakir miskin ? Hanya saja, caranya yang keliru. Mestinya jangan keliru. 

Keesokan harinya, Abu Hurairah melaporkan kepada Rasulullah S.A.W. Maka bertanyalah beliau : “Apa yang dilakukan kepada tawananmu semalam, ya Abu Hurairah ?”.

Ia mengeluh, “Ya Rasulullah. bahwa ia orang miskin, keluarganya banyak dan sangat memerlukan makanan”, jawab Abu Hurairah R.A. Lalu diterangkan pula olehnya, bahwa ia kasihan kepada pencuri itu, lalu dilepaskannya.

“Bohong dia”, kata Nabi : “Pada malam nanti ia akan datang lagi”.

Kerana Rasulullah S.A.W berkata begitu, maka penjagaannya diperketat, dan kewaspadaan pun ditingkatkan. Dan, benar juga, pencuri itu kembali lagi, lalu mengambil makanan seperti kemarin. Dan kali ini ia pun tertangkap.

“Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah S.A.W”, ancam Abu Hurairah R.A, sama seperti kemarin. Dan pencuri itu pun sekali lagi meminta ampun : “Saya orang miskin, keluarga saya banyak. Saya berjanji esok tidak akan kembali lagi”.

Kasihan juga rupanya Abu Hurairah R.A mendengar keluhan orang itu, dan kali ini pun ia kembali dilepaskan. Pada paginya, kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah S.A.W, dan beliau pun bertanya seperti kemarin. Dan setelah mendapat jawaban yang sama, sekali lagi Rasulullah menegaskan : “Pencuri itu bohong, dan nanti malam ia akan kembali lagi”.

Malam itu Abu Hurairah R.A berjaga-jaga dengan kewaspadaan dan kepintaran penuh. Mata, telinga dan perasaannya dipasang baik-baik. Diperhatikannya dengan tetiti setiap gerak-gerik disekelilingnya, sudah dua kali ia dibohongi oleh pencuri. Jika pencuri itu benar-benar datang seperti diperkatakan oleh Rasulullah S.A.W dan Ia berhasil menangkapnya, ia telah bertekad tidak akan melepaskannya sekali lagi. Hatinya sudah tidak sabar lagi menunggu-nunggu datangnya pencuri jahanarn itu. Ia kesal. Kenapa pencuri kemarin itu dilepaskan begitu saja sebelum diseret ke hadapan Rasulullah S.A.W ? Kenapa mau saja ia ditipu olehnya ? “Awas !” katanya dalam hati. “Kali ini tidak akan kuberikan ampun”.

Malam semakin larut, jalanan sudah sepi, ketika tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang datang menghampiri longgokan makanan yang dia jaga. “Nah, benar juga, ia datang lagi, katanya dalam hati. Dan tidak lama kemudian pencuri itu telah bertekuk lutut di hadapannya dengan wajah ketakutan. Diperhatikannya benar-benar wajah pencurl Itu. Ada semacam kepura-puraan pada gerak-geriknya.

Kali ini kau pastinya kuadukan kepada Rasulullah. Sudah dua kali kau berjanji tidak akan datang lagi ke mari, tapi ternyata kau kembali juga. Lepaskan saya”, pencuri itu memohon. Tapi, dari tangan Abu Hurairah R.A yang menggenggam erat-erat dapat difahami, bahwa kali ini ia tidak akan dilepaskan lagi. Maka dengan rasa putus asa akhirnya pencuri itu berkata : “Lepaskan saya, akan saya ajari tuan beberapa kalirnat yang sangat berguna”.

“Kalimat-kalimat apakah itu ?” Tanya Abu Hurairah dengan rasa ingin tahu. “Bila tuan hendak tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu…. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Maka tuan akan selalu dipelihara oleh Allah, dan tidak akan ada syaitan yang berani mendekati tuan sarnpai pagi”.

Maka pencuri itu pun dilepaskan oleh Abu Huralrah R.A. Agaknya naluri keilmuannya lebih menguasai jiwanya sebagai penjaga gudang. 

Dan keesokan harinya, ia kembaii menghadap Rasulullah S.A.W untuk melaporkan pengalamannya yang luar biasa tadi malam. Ada seorang pencuri yang mengajarinya kegunaan ayat Kursi. 

“Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam ?” tanya Rasulullah S.A.W sebelurn Abu Hurairah R.A sempat menceritakan segalanya.

“Ia mengajariku beberapa kalimat yang katanya sangat berguna, lalu ia saya lepaskan”, jawab Abu Hurairah R.A.

“Kalimat apakah itu ?” tanya Rasulullah S.A.W. 

Katanya : “Kalau kamu tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu…. Dan seterusnya sarnpai akhir ayat”. Dan ia katakan pula : “Jika engkau membaca itu, maka engkau akan selalu dijaga oleh Allah, dan tidak akan didekati syaitan hingga pagi hari”.

Menanggapi cerita Abu Hurairah R.A, Nabi S.A.W berkata, “Pencuri itu telah berkata benar, sekalipun sebenamya ía tetap pendusta”. Kemudian Nabi S.A.W bertanya pula, “Tahukah kamu, siapa sebenarnya pencuri yang bertemu denganmu tiap malam itu ?”

“Entahlah”. Jawab Abu Hurairah R.A.
"Itulah syaitan”.

Minggu, 18 Oktober 2015

Kisah Yang Diambil Dari Tafsir Al Azhar Surah Al-Buruuj Ayat 1-9

Dan ada pula diriwayatkan dalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Muslim dan Imam Ahmad tentang seorang anak kecil yang kuat imannya dan banyak pertolongan Allah kepadanya, sehingga terlepas dari berbagai bahaya. Baru dia dapat mati dibunuh setelah raja yang menyuruh membunuh itu membaca suatu pengakuan atas Keesaan Allah. Duduk ceriteranya demikian :

"Berkata Nabi s.a.w.: Di zaman dahulu ada seorang raja. Baginda mempunyai seorang ahli sihir. Setelah ahli sihir itu merasa dirinya telah tua, bardatang sembahlah dia kepada raja menerangkan bahwa dia telah tua dan hampir sampai ajalnya. Dia mohonkan kepada raja agar raja mencarikan seorang anak kecil!, karena kepada anak itu akan diturunkannya ilmu sihirnya. Permohonan itu dikabulkan raja, lalu diserahkan kepadanya seorang anak kecil dan datanglah anak itu berulang-ulang kepada tukang sihir itu mempelajari sihimya. Di antara tempat tinggal tukang sihir dan tempat tinggal anak itu ada pula berdiam seorang pendeta. Anak itu senantiasa singgah pula berteduh di tempat kediaman pendeta itu dan banyak pula dia mendengar ucapan-ucapan dari pendeta tua itu yang amat menarik hatinya. Maka kalau dia terlambat datang kepada tukang sihir, tukang sihir itu marah lalu memukulnya. Dan kalau dia terlambat pulang ke rumah orang tuanya kena marah pula mengapa terlambat pulang. Lalu diajarkan oleh pendeta tua itu suatu jawaban; kalau, ditanya oleh tukang sihir mengapa lambat, jawablah karena terlambat turun dari rumah dan kalau ditanya pula di rumah mengapa terlambat, katakan guruku tukang sihir menahan daku.

Dalam hal yang demikian selalulah dia pulang dan pergi ke rumah tukang sihir dan tetap singgah di rumah pendeta. Pada suatu hari terhambatlah orang yang lalu lintas berjalan di jalan raya yang ditempuhnya karena ada binatang buas yang mengganggu, sehingga orang merasa takut liwat di situ. Ketika itu anak kecil tersebut lalu pula di sana. Lalu dia berkata: "Akan aku uji, manakah yang lebih dapat aku gunakan, ajaran tukang sihirkah atau ajaran pendeta. Lalu diambilnya sebuah batu dan dia ucapkan : "Ya Allah ! Kalau ajaran pendeta itu yang benar di sisi Engkau, lebih datipada ajaran tukang sihir maka bunuhlah binatang ini !, supaya manusia yang lalu lintas di jalan ini jangan terhalang juga". Lalu dilemparkannya batu itu kepada binatang tersebut.

Maka matilah binatang itu dan lalu lintaslah manusia sebagai biasa.

Setelah dia menghadap pendeta itu diceriterakannyalah pengalamannya itu kepada beliau. Maka berkatalah beliau : "Wahai buyung (panggilan kepada anak laki-laki) ! Engkau telah mencapai derajat yang lebih tinggi daripada yang aku capai ! Tetapi aku peringatkan kepada engkau, bahwa engkau akan menderita banyak percobaan. Maka kalau percobaan itu datang, jarganlah engkau beritahukan hubungan engkau dengan daku".

Sejak waktu itu nama anak itu kian terkenal dan dapatlah dia mengobati orang yang ditimpa penyakit kusta atau penyakit balak dan penyakit lain-lain.

Raja ada mempunyai seorang orang besar yang selalu diajak raja musyawarat. Kebetulan orang itu buta. Dia mendengar cerita orang tentang anak itu, lalu datanglah orang besar buta itu kepadanya membawakan hadiah sebanyak-banyaknya dan berkata: "Sembuhkanlah butaku ! Hadiah ini adalah untukmu dan jika aku sembuh hadiah ini aku tambah lagi !".

Anak itu menjawab : "Saya tidak berkuasa menyembuhkan apa jua pun macam penyakit. Yang Maha Kuasa menyembuhkan hanya Allah. Kalau tuan sudi beriman kepada Allah, saya akan berdoa memohonkan kepadaNya agar tuan disembuhkan".

Mendengar ajakan anak itu berimanlah orang besar yang buta itu. Lalu anak itu berdoa, maka orang besar itu pun sembuhlah dan nyalanglah (terbuka lebar) kedua belah matanya.

Setelah matanya sembuh datanglah dia kembali ke dalam majlis raja. Baginda sangat tercengang lalu bertanya : "Siapa yang menyembuhkan mata engkau ?". Dia menjawab : "Tuhanku !".

Dengan heran raja bertanya pula : "Akukah yang engkau maksudkan ?" Dia menjawab : "Bukan ! Tuhanku dan Tuhan Tuanku ialah Allah !" "Engkau mengakui ada lagi Tuhan selain aku ?".

Orang besar itu tetap menjawab : "Tuhanku dan Tuhan Tuanku ialah Allah ?

Raja sangat murka mendengar jawab itu, sehingga orang besar itu ditangkap dan disiksa, sampai karena tidak tahan menderita sakit dibukanya rahasia bahwa guru yang mengajarnya ialah anak kecil tersebut.

Anak kecil itu pun ditangkap lalu ditanyai apa benarkah dia dapat menyembuhkan orang yang dapat penyakit kusta, orang buta dan lain-lain. Anak itu menjawab bahwa semuanya itu tidak benar ! Dia tidak dapat menyembuhkan siapa jua pun. Yang menyembuhkan segala yang sakit hanya Allah Yang Maha Kuasa.

"Akukah yang engkau maksudkan ?" tanya raja.
"Bukan!" jawab anak itu : "Tapi Allah !".

"Apakah engkau mengakui pula ada Tuhan selain aku ?" tanya raja lagi. Dengan tegas anak itu menjawab pula : "Tuhanku dan Tuhan raja ialah Allah !".

Mendengar jawab demikian anak itu pun disiksa. Dia pun dipaksa mengakui dari mana dia mendapat pelajaran yang amat ganjil itu. Karena tidak tahan dipukul, terpaksa dia menunjukkan gurunya, yaitu pendeta tersebut tadi. Pendeta itu pun segera ditangkap. Dia pun disiksa dan dipaksa meninggalkan agama yang dianutnya mengatakan ada lagi Tuhan selain raja, namun pendeta itu tidak mau. Akhirnya karena tidak mau juga meninggalkan agama bertuhan kepada Allah itu, diperintahkan raja mengergaji kepala pendeta itu. Kepala beliau digergaji sampai terbelah dua dan mati.

Kemudian dipaksa pula orang besar yang telah sembuh dari buta itu meninggalkan agama bertuhan kepada Allah itu dan kembali hanya bertuhan kepada raja. Dia pun tidak mau. Dia pun digergaji pula, sampai belah dua badannya dan mati. 

Lalu dihadapkan pula anak kecil itu. Dia pun mulai dipaksa meninggalkan agama yang telah diimaninya itu. Tetapi dia tidak mau. Lalu raja memerintahkan beberapa orang membawa anak itu ke puncak gunung, dan raja memerintahkan: "Apabila sampai di puncak gunung paksa dia sekali lagi kembali kepada agama kita. Kalau dia tidak juga mau lemparkanlah dia ke bawah !".

Maka dibawa oranglah dia ke puncak gunung. Sampai di sana kedengaranlah anak itu berdoa : "Ya Allah ! Peliharakanlah aku dari mereka dengan kekuasaanMu !". Tiba-tiba bergoncanglah gunung itu dan orang-orang yang mengantarkan itulah yang jatuh dan anak itu selamat.

Dia pun turun dan terus sekali menghadap raja. Lalu raja bertanya : "Apa khabar orang-orang yang aku suruh menghantarkan engkau ke gunung ?".

Anak itu menjawab : "Tuhanku telah memeliharakan daku dari mereka".

Rupanya raja belum juga puas. Disuruhnya menangkap anak itu sekali lagi dan disuruh hantarkannya dengan sebuah sampan ke tengah laut. Diperintahkan kepada orang yang mengantarkan supaya memaksa anak itu kembali kepada agama yang lama. Kalau tidak mau supaya dia dibenamkan saja masuk laut. Sekali lagi anak itu menadahkan tangannya ke langit, maka datanglah angin ribut sangat besar. Tenggelamlah seluruh orang yang diperintahkan mengantarkannya itu dan dia sendiri selamat berenang ke tepi. Dan kembali dia menghadap raja.

Dia pun ditanya apa yang telah kejadian. Dia menjawab-Tuhannya telah menolongnya dan orang-orang itu telah tenggelam semuanya.

Kemudian berkatalah dia kepada raja : "Hai Raja ! Tuanku tidak akan dapat membunuh aku kalau hanya dengan cara demikian. Barulah akan berhasil tuan membunuhku jika tuan kerjakan apa yang aku suruhkan. Kalau tidak tuan kerjakan apa yang aku suruhkan, tidaklah akan berhasil maksud tuan menyingkirkan daku dari dunia ini !".

Lalu raja bertanya : "Apakah yang engkau minta itu ?".

Anak itu menjawab : "Tuan suruh manusia berkumpul di satu tempat. Kemudian tuan suruhkan menaikkan daku ke atas kayu palang (salib), lalu tuan ambil satu anak panah kepunyaanku sendiri dari dalam busurnya. Kemudian tuan bidik aku dengan tepat, lalu baca :

بِسْمِ رَبِّ الغُلاَمِ
 "Dengan nama Allah, Tuhan anak kecil ini".

Dengan melakukan cara demikian barulah tuan dapat membunuhku.

Permintaannya itu dilakukan oleh raja, diambil anak panahnya dari busurnya dan dengan mengucapkan : "Dengan nama Allah, Tuhan anak kecil ini". Lalu dipanahnya anak kecil itu, tepat kena pada jantungnya dan terkulailah kepalanya, sedang tangannya memegang pangkal panah yang telah tersisip di dadanya dan dia pun matilah.

Tiba-tiba terloncatlah dari mulut seluruh orang yang hadir :

آمَنَّا بِرَبِّ الغُلاَمِ
"Kami beriman dengan Tuhan anak kecil ini".

Gempitalah (meriahlah) suara di tanah lapang itu menyatakan iman kepada Tuhan Allah, yang dipercayai oleh anak kecil itu.

Maka berbisiklah seorang kepada raja : "Tidakkah tuan perhatikan ? Bukankah apa yang tuan takuti selama ini telah terjadi ? Budak kecil itu mati, tetapi semua orang telah menganut ajarannya ?".

Sangatlah murka raja melihat manusia telah berbalik arah. Lalu raja memerintahkan menangkapi orang-orang yang terang-terang menyatakan percaya kepada Tuhan anak kecil itu, dan baginda suruh gali lobang-lobang atau parit-parit besar. Dan diancamlah orang : "Barangsiapa yang masih memegang kepercayaan anak kecil itu akan dimasukkan ke dalamnya dan dibakar dan barangsiapa yang kembali kepada agama pusaka nenek-moyang akan selamat".

Mendengar itu tidaklah mereka mundur, malahan mereka berduyun men-dekati lobang yang ternganga itu menunggu giliran dibakar. Maka adalah di antara mereka itu seorang perempuan yang sedang membimbing anaknya, seketika telah dekat ke pinggir lobang itu timbul ragu-ragu dalam hatinya. Tiba-tiba berkatalah anaknya yang dalam bimbingan itu : "Teguhkan hatimu, ibuku ! Ibu adalah dalam agama yang benar !".

Begitulah sebuah Hadis yang dirawikan oleh Imam Ahmad dan Muslim dan dirawikan juga oleh an-Nasa'i, dari Hadis dan diriwayatkan juga oleh Termidzi yang berasal daripada Hadis sahabat Rasulullah S.A.W. Shuhaib.

Ayat dari Surat al-Buruj ini dapatlah menjadi pegangan bagi tiap-tiap orang yang ingin mengambil teladan dalam kekuatan iman. Karena kadang-kadang sikap dan sifat lemah tidaklah akan menolong jika musuh-musuh Tauhid itu telah menyatakan sikap hendak berlaku sewenang-wenang. Namun mati itu hanya sebentar saja. Setelah putus nyawa bertemulah apa yang dicita oleh Mu'min, yaitu liqa-a rabbihi : Berjumpa dengan Tuhannya.

Sabtu, 17 Oktober 2015

Tujuh Macam Pahala Yang Dapat Dinikmatinya Selepas Matinya

Dari Anas R.A berkata bahwa ada tujuh macam pahala yang dapat diterima seseorang itu selepas matinya.
  1. Sesiapa yang mendirikan masjid maka ia tetap menerima pahalanya selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadah di dalamnya.
  2. Sesiapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum daripadanya.
  3. Sesiapa yang menulis mushaf ia akan mendapat pahala selagi ada orang yang membacanya.
  4. Orang yang menggali sumur selagi ada orang yang menggunakannya.
  5. Sesiapa yang menanam tanam-tanaman selagi ada yang memakannya baik dari manusia atau hewan.
  6. Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna selama ia diamalkan oleh orang yang mempelajarinya.
  7. Orang yang meninggalkan anak yang soleh/solehah yang mana ia selalu mendoakan kedua orang tuanya dan beristigfar baginya. Yakni anak yang selalu diajari ilmu Al-Qur’an maka orang yang mengajarkannya akan mendapat pahala selagi anak itu mengamalkan ajaran-ajarannya tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.
Abu Hurairah R.A berkata, Rasulullah S.A.W telah bersabda, “Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya melainkan tiga macam :
  1. Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah)
  2. Ilmu yang berguna dan diamalkan
  3. Anak yang soleh yang mendoakan baik baginya”.

Kisah Neraka Jahannam

Dikisahkan dalam sebuah hadits bahwa sesungguhnya neraka Jahannam itu adalah hitam gelap, tidak ada cahaya dan tidak pula ia menyala. Dan ia memiliki 7 buah pintu dan pada setiap pintu itu terdapat 70.000 gunung , pada setiap gunung itu terdapat 70.000 lereng dari api dan pada setiap lereng itu terdapat 70.000 belahan tanah yang terdiri dari api, pada setiap belahannya pula terdapat 70.000 lembah dari api.

Dikisahkan dalam hadits tersebut bahwa pada setiap lembah itu terdapat 70.000 gudang dari api, dan pada setiap gudang itu pula terdapat 70.000 kamar dari api, pada setiap kamar itu pula terdapat 70.000 ular dan 70.000 kalajengking, dan dikisahkan dalam hadits tersebut bahwa setiap kalajengking itu mempunyai 70.000 ekor dan setiap ekor pula memiliki 70.000 ruas. Pada setiap ruas kalajengking tersebut mempunyai 70.000 qullah/wadah bisa (1 qullah = 108 liter air).

Dalam hadits yang sama menerangkan bahwa pada hari kiamat nanti akan dibuka penutup neraka Jahannam, maka ketika pintu neraka Jahannam itu terbuka, akan keluarlah asap datang mengepung mereka di sebelah kiri, lalu datang pula sebuah kumpulan asap mengepung mereka disebelah hadapan muka mereka, serta datang kumpulan asap mengepung di atas kepala dan di belakang mereka. Dan mereka (Jin dan Manusia) apabila terpandang akan asap tersebut maka bergetarlah dan mereka berlutut dan memanggil-manggil, “Ya Tuhan kami, selamatkanlah”.

Diriwayatkan bahwa sesungguhnya Rasulullah S.A.W telah bersabda, “Akan didatangkan pada hari kiamat itu neraka Jahannam, dan neraka Jahannam itu mempunyai 70.000 kendali, dan pada setiap kendali itu ditarik oleh 70.000 malaikat”. Dan berkenaan dengan malaikat penjaga neraka itu diterangkan oleh Allah S.W.T. dalam Qur’an surah At-Tahrim ayat 6 : “Sedang penjaganya malaikat-malaikat yang kasar lagi keras”.

Setiap malaikat apa yang ada di antara pundaknya adalah jarak perjalanan setahun, dan setiap satu dari mereka itu mempunyai kekuatan yang mana kalau dia memukul gunung dengan pemukul yang ada padanya, maka niscaya akan hancur lebur gunung tersebut. Dan dengan sekali pukulan saja ia akan membenamkan 70.000 ke dalam neraka Jahannam.

Kamis, 15 Oktober 2015

Kisah Bumi dan Langit

Adapun terjadinya peristiwa Israk dan Mi’raj adalah bumi merasa bangga dengan langit. Berkata dia kepada langit, ‘Hai langit, aku lebih baik dari kamu karena Allah S.W.T. telah menghiaskan aku dengan berbagai-bagai Negara, beberapa laut, sungai-sungai, tanam-tanaman, beberapa gunung dan lain-lain”.

Berkata langit, “Hai bumi, aku juga lebih baik dari kamu karena matahari, bulan, bintang-bintang, beberapa falah, buruj, ‘arasy, kursi dan syurga ada padaku”.

Berkata bumi, “Hai langit, ditempatku ada rumah yang dikunjungi dan untuk bertawaf para nabi, para utusan dan arwah para wali dan solihin (orang-orang yang baik)”.

Bumi berkata lagi, “Hai langit, sesungguhnya pemimpin para nabi dan utusan bahkan sebagai penutup para nabi dan keksaih Allah S.W.T. seru sekalian alam, seutama-utamanya segala yang wujud serta kepadanya penghormatan yang paling sempurna itu tinggal di tempatku. Dan dia menjalankan syari’atnya juga di tempatku”.

Langit tidak dapat berkata apa-apa, apabila bumi berkata demikian. Langit mendiamkan diri dan dia menghadap Allah S.W.T. dengan berkata, “Ya Allah, Engkau telah mengabulkan permintaan orang yang tertimpa bahaya, apabila mereka berdoa kepada Engkau. Aku tidak dapat menjawab soalan bumi, oleh itu aku minta kepada-Mu ya Allah supaya Muhammad S.A.W. Engkau dinaikkan kepadaku (langit) sehingga aku menjadi mulia dengan kebagusannya dan berbangga”.

Lalu Allah S.W.T. mengabulkan permintaan langit, kemudian Allah S.W.T. memberi wahyu kepada Jibril A.S pada malam tanggal 27 Rajab, “Janganlah engkau (Jibril A.S) bertasbih pada malam ini dan engkau ‘Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini.”

Jibril A.S bertanya, “Ya Allah, apakah kiamat telah sampai ?”

Allah S.W.T. berfirman, maksudnya, “Tidak, wahai Jibril. Tetapi pergilah engkau ke Syurga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada Muhammad dengan buraq itu”.

Kemudian Jibril A.S pun pergi dan dia melihat 40.000 buraq sedang bersenang-senang di taman Syurga dan di wajah masing-masing terdapat nama Muhammad S.A.W. Di antara 40.000 buraq itu, Jibril A.S terpadang pada seekor buraq yang sedang menangis bercucuran air matanya. Jibril A.S menghampiri buraq itu lalu bertanya, “Mengapa engkau menangis, ya buraq ?”.

Berkata buraq, “Ya Jibril, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 tahun, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku sesudah itu menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mau makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api krinduan”.

Berkata Jibril A.S, “Aku akan mempertemukan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu”. Kemudian Jibril A.S memakaikan pelana dan kekang kepada buraq itu dan membawanya kepada Nabi Muhammad S.A.W. Wallahu’alam.

Buraq yang diceritakan inilah yang membawa Rasulullah S.A.W dalam perjalanan Israk dan Mi’raj.

Rabu, 14 Oktober 2015

Kisah Berkat Di Balik Membaca Basmallah

Ada seorang perempuan tua yang taat beragama, tetapi suaminya seorang yang fasik dan tidak mau mengerjakan kewajiban agama dan tidak mau berbuat kebaikan.

Perempuan itu senantiasa membaca Billah setiap kali hendak bercakap dan setiap kali dia hendak memulaikan sesuatu senantiasa didahului dengan Bismillah. Suaminya tidak suka dengan sikap istrinya dan senantiasa memperolok-olokkan istrinya.

Suaminya berkata sambil mengejek, “Asyik Bismillah, Bismillah. Sekejap-sekejap Bismillah”.

Istrinya tidak berkata apa-apa, sebaliknya dia berdoa kepada Allah S.W.T. supaya memberikan hidayah kepada suaminya. Suatu hari suaminya berkata : “Suatu hari nanti akan aku buat kamu kecewa dengan bacaan-bacaanmu itu”.

Untuk membuat sesuatu yang memeranjatkan isterinya, dia memberikan uang yang banyak kepada istrinya dengan berkata, “Simpan uang ini.” Istrinya mengambil uang itu dan menyimpan di tempat yang selamat, di samping itu suaminya telah melihat tempat yang disimpan oleh isterinya. Kemudian dengan diam-diam suaminya itu mengambil uang tersebut dan mencampakkannya ke dalam sumur di belakang rumahnya.

Setelah beberapa hari kemudian suaminya itu memanggil istrinya dan berkata, “Berikan padaku uang yang aku berikan kepada engkau dahulu untuk disimpan”.

Kemudian istrinya pergi ke tempat dia menyimpan uang itu, dia membuka dengan membaca “Bismillahirrahmanirrahiim”. Ketika itu Allah S.W.T. menghantar malaikat Jibril A.S. untuk mengembalikan uang dan menyerahkan uang itu kepada suaminya kembali.

Alangkah terperanjat suaminya, dia berasa bersalah dan mengaku segala perbuatannya kepada istrinya, ketika itu juga dia bertaubat dan mulai mengerjakan perintah Allah S.W.T., dan dia juga membaca Bismillah apabila dia hendak memulai suatu pekerjaan.

Kamis, 08 Oktober 2015

Anjing-Anjing Neraka

Sabda Rasulullah S.A.W kepada Mu’adz, “Wahai Mu’adz, apabila di dalam amal perbuatanmu itu ada kekurangan :
  •  Jagalah lisanmu supaya tidak terjatuh di dalam ghibah terhadap saudaramu/muslimin.
  • Bacalah Al-Qur’an
  • Tanggunglah dosamu sendiri untukmu dan jangan engkau tanggungkan dosamu kepada orang lain.
  • Jangan engkau mensucikan dirimu dengan mencela orang lain.
  • Jangan engkau tinggikan dirimu sendiri di atas mereka.
  • Jangan engkau masukkan amal perbuatan dunia ke dalam amal perbuatan akhirat.
  • Jangan engkau menyombongkan diri pada kedudukanmu supaya orang takut kepada perangaimu yang tidak baik.
  • Jangan engkau membisikkan sesuatu sedang dekatmu ada orang lain.
  • Jangan engkau merasa tinggi dan mulia daripada orang lain.
  • Jangan engkau sakitkan hati orang dengan ucapan-ucapanmu.
Niscaya di akhirat nanti, kamu akan dirobek-robek oleh anjing neraka. Firman Allah S.W.T. yang bermaksud, “Demi (bintang-bintang) yang berpindah dari satu buruj kepada buruj yang lain.”

Sabda Rasulullah S.A.W., “Dia adalah anjing-anjing di dalam neraka yang akan merobek-robek daging orang (menyakiti hati) dengan lisannya, dan anjing itupun merobek serta menggigit tulangnya.”

Kata Mu’adz, “Ya Rasulullah, siapakah yang dapat bertahan terhadap keadaan seperti itu, dan siapa yang dapat terselamat daripadanya ?”

Sabda Rasulullah S.A.W., “Sesunggunya hal itu mudah lagi ringan bagi orang yang telah dimudahkan serta diringankan oleh Allah S.W.T.”.

Senin, 05 Oktober 2015

Kisah Lima Perkara Aneh

Abu Laits as-Samarqandi adalah seorang ahli fiqh yang masyhur. Suatu ketika dia pernah berkata, ayahku menceritakan bahwa antara Nabi-nabi yang bukan Rasul ada menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.

Maka salah seorang Nabi yang menerima wahyu melalui mimpi itu, pada suatu malam bermimpi diperintahkan yang berbunyi, “Esok engkau dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menuju ke barat. Engkau dikehendaki berbuat, pertama : apa yang engkau lihat (hadapi) maka makanlah, kedua : engkau sembunyikan, ketiga : engkau terimalah, keempat : jangan engkau putuskan harapan, yang kelima : larilah engkau daripadanya.”

Pada keesokan harinya, Nabi itu pun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya ialah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata, “Aku diperintahkan memakan yang pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan.”

Maka Nabi itu terus berjalan menuju ke bukit itu dengan hasrat untuk memakannya. Ketika dia menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar buku roti. Maka Nabi itu pun mengambilnya lalu disuapkan ke mulutnya. Bila ditelan terasa sungguh manis bagaikan madu. Dia pun mengucapkan syukur ‘Alhamdulillah’.

Kemudian Nabi itu meneruskan perjalannya lalu bertemu pula dengan sebuah mangkuk emas. Dia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan, lantas Nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkan mangkuk emas itu, kemudian ditinggalkannya. Tiba-tiba mangkuk emas itu terkeluar semula. Nabi itu pun menanamkannya semula sehingga tiga kali berturut-turut. Maka berkatalah Nabi itu, “Aku telah melaksanakan perintahmu.” Lalu dia pun meneruskan perjalanannya tanpa disadari oleh Nabi itu yang mangkuk emas itu terkeluar semula dari tempat ia ditanam.

Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia ternampak seekor burung helang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian terdengarlah burung kecil itu berkata, “Wahai Nabi Allah, tolonglah aku.”

Mendengar rayuan burung itu, hatinya merasa simpati lalu dia pun mengambil burung itu dan dimasukkan ke dalam bajunya. Melihatkan keadaan itu, lantas burung helang itu pun datang menghampiri Nabi itu sambil berkata, “Wahai Nabi Allah, aku sangat lapar dan aku mengejar burung itu sejak pagi tadi. Oleh itu janganlah engkau patahkan harapanku dari rezekiku.”

Nabi itu teringatkan pesanan arahan dalam mimpinya yang keempat, yaitu tidak boleh putuskan harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara itu. Akhirnya dia membuat keputusan untuk mengambil pedangnya lalu memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada helang itu. Setelah mendapat daging itu, helang pun terbang dan burung kecil tadi dilepaskan dari dalam bajunya.

Selepas kejadian itu, Nabi meneruskan perjalanannya. Tidak lama kemudian dia bertemu dengan satu bangkai yang amat busuk baunya., maka dia pun bergegas lari dari situ karena tidak tahan menghirup bau yang menyakitkan hidungnya. Setelah menemui kelima-lima peristiwa itu, maka kembalilah Nabi ke rumahnya. Pada malam itu, Nabi pun berdoa. Dalam doanya dia berkata, “Ya Allah, aku telah pun melaksanakan perintah-Mu sebagaimana yang diberitahu di dalam mimpiku, maka jelaskanlah kepadaku arti semuanya ini.”

Dalam mimpi beliau telah diberitahu oleh Allah S.W.T. bahwa, “Yang pertama engkau makan itu ialah marah. Pada mulanya Nampak besar seperti bukit tetapi pada akhirnya jika bersabar dan dapat mengawal serta menahannya, maka marah itu pun akan menjadi lebih manis daripada madu. Kedua : semua amal kebaikan (budi), walaupun disembunyikan, maka ia tetap akan Nampak jua. Ketiga : jika sudah menerima amanah seseorang, maka janganlah kamu khianat kepadanya. Keempat : jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantu kepadanya, meskipun kau sendiri berhajat. Kelima : bau yang busuk itu ialah ghibah (menceritakan hal seseorang. Maka larilah dari oang-orang yang sedang duduk berkumpul membuat ghibah.”

Saudara-saudaraku, kelima-lima kisah ini hendaklah kita semaikan dalam diri kita, sebab kelima-lima perkara ini senantiasa saja berlaku dalam kehidupan kita sehari-hari. Perkara yang tidak dapat kita elakkan setiap hari ialah mengata hal orang, memang menjadi tabiat seseorang itu suka mengata hal orang lain. Haruslah kita ingat bahwa kata-mengata hal seseorang itu akan menghilangkan pahala kita, sebab ada sebuah hadits mengatakan di akhirat nanti ada seorang hamba Allah yang akan terkejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia bertanya, “Wahai Allah, sesungguhnya pahala yang Engkau berikan ini tidak pernah aku kerjakan di dunia dulu.”

Maka berkata Allah S.W.T., “Ini adalah pahala orang yang mengata-ngata tentang dirimu.” Dengan ini haruslah kita sadar bahwa walaupun apa yang kita kata itu memang benar, tetapi kata-mengata itu akan merugikan diri kita sendiri. Oleh karena itu, hendaklah kita jangan mengata hal orang walaupun ia benar.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Al-Qur’an Sebagai Pembela Di Hari Akhirat

Abu Umamah r.a. berkata : “Rasulullah S.A.W. telah menganjurkan supaya kami semua mempelajari Al-Qur’an, setelah itu Rasulullah S.A.W. memberitahu tentang kelebihan Al-Qur’an”.

Telah bersabda Rasulullah S.A.W. : Belajarlah kamu akan Al-Qur’an, di akhirat nanti dia akan datang kepada ahli-ahlinya, yang mana di kala itu orang sangat memerlukannya.”

Ia akan datang dalam bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, “Kenalkah kamu kepadaku?” Maka orang yang pernah membaca akan menjawab : “Siapakah kamu?”

Maka berkata Al-Qur’an : “Akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku di waktu siang hari”.

Kemudian berkata orang yang pernah membaca Al-Qur’an itu : “Adakah kamu Al-Qur’an?” Lalu Al-Qur’an mengakui dan menuntun orang yang pernah membaca menghadap Allah S.W.T. Lalu orang itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal di tangan kirinya, kemudian dia meletakkan mahkota di atas kepalanya.

Pada kedua orang tua, ayah dan ibunya pula yang muslim diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat ganda, sehingga keduanya bertanya : “Dari manakah kami memperoleh ini semua, padahal amal kami tidak sampai ini?”

Lalu dijawab : “Kamu diberi ini semua karena anak kamu telah mempelajari Al-Qur’an.”