Dan ada pula diriwayatkan dalam sebuah Hadis yang dirawikan oleh Muslim
dan Imam Ahmad tentang seorang anak kecil yang kuat imannya dan banyak
pertolongan Allah kepadanya, sehingga terlepas dari berbagai bahaya.
Baru dia dapat mati dibunuh setelah raja yang menyuruh membunuh itu
membaca suatu pengakuan atas Keesaan Allah. Duduk ceriteranya demikian :
"Berkata Nabi s.a.w.: Di zaman dahulu ada seorang raja. Baginda
mempunyai seorang ahli sihir. Setelah ahli sihir itu merasa dirinya
telah tua, bardatang sembahlah dia kepada raja menerangkan bahwa dia
telah tua dan hampir sampai ajalnya. Dia mohonkan kepada raja agar raja
mencarikan seorang anak kecil!, karena kepada anak itu akan
diturunkannya ilmu sihirnya. Permohonan itu dikabulkan raja, lalu
diserahkan kepadanya seorang anak kecil dan datanglah anak itu
berulang-ulang kepada tukang sihir itu mempelajari sihimya. Di antara
tempat tinggal tukang sihir dan tempat tinggal anak itu ada pula berdiam
seorang pendeta. Anak itu senantiasa singgah pula berteduh di tempat
kediaman pendeta itu dan banyak pula dia mendengar ucapan-ucapan dari
pendeta tua itu yang amat menarik hatinya. Maka kalau dia terlambat
datang kepada tukang sihir, tukang sihir itu marah lalu memukulnya. Dan
kalau dia terlambat pulang ke rumah orang tuanya kena marah pula mengapa
terlambat pulang. Lalu diajarkan oleh pendeta tua itu suatu jawaban;
kalau, ditanya oleh tukang sihir mengapa lambat, jawablah karena
terlambat turun dari rumah dan kalau ditanya pula di rumah mengapa
terlambat, katakan guruku tukang sihir menahan daku.
Dalam hal
yang demikian selalulah dia pulang dan pergi ke rumah tukang sihir dan
tetap singgah di rumah pendeta. Pada suatu hari terhambatlah orang yang
lalu lintas berjalan di jalan raya yang ditempuhnya karena ada binatang
buas yang mengganggu, sehingga orang merasa takut liwat di situ. Ketika
itu anak kecil tersebut lalu pula di sana. Lalu dia berkata: "Akan aku
uji, manakah yang lebih dapat aku gunakan, ajaran tukang sihirkah atau
ajaran pendeta. Lalu diambilnya sebuah batu dan dia ucapkan : "Ya Allah !
Kalau ajaran pendeta itu yang benar di sisi Engkau, lebih datipada
ajaran tukang sihir maka bunuhlah binatang ini !, supaya manusia yang
lalu lintas di jalan ini jangan terhalang juga". Lalu dilemparkannya
batu itu kepada binatang tersebut.
Maka matilah binatang itu dan lalu lintaslah manusia sebagai biasa.
Setelah dia menghadap pendeta itu diceriterakannyalah pengalamannya itu
kepada beliau. Maka berkatalah beliau : "Wahai buyung (panggilan kepada
anak laki-laki) ! Engkau telah mencapai derajat yang lebih tinggi
daripada yang aku capai ! Tetapi aku peringatkan kepada engkau, bahwa
engkau akan menderita banyak percobaan. Maka kalau percobaan itu datang,
jarganlah engkau beritahukan hubungan engkau dengan daku".
Sejak waktu itu nama anak itu kian terkenal dan dapatlah dia mengobati orang yang ditimpa penyakit kusta atau penyakit balak dan penyakit lain-lain.
Raja ada mempunyai seorang orang besar yang selalu diajak raja musyawarat. Kebetulan orang itu buta. Dia mendengar cerita orang tentang anak itu, lalu datanglah orang besar buta itu kepadanya membawakan hadiah sebanyak-banyaknya dan berkata: "Sembuhkanlah butaku ! Hadiah ini adalah untukmu dan jika aku sembuh hadiah ini aku tambah lagi !".
Anak itu menjawab : "Saya tidak berkuasa menyembuhkan apa jua pun macam
penyakit. Yang Maha Kuasa menyembuhkan hanya Allah. Kalau tuan sudi
beriman kepada Allah, saya akan berdoa memohonkan kepadaNya agar tuan
disembuhkan".
Mendengar ajakan anak itu berimanlah orang besar
yang buta itu. Lalu anak itu berdoa, maka orang besar itu pun sembuhlah
dan nyalanglah (terbuka lebar) kedua belah matanya.
Setelah
matanya sembuh datanglah dia kembali ke dalam majlis raja. Baginda
sangat tercengang lalu bertanya : "Siapa yang menyembuhkan mata engkau ?".
Dia menjawab : "Tuhanku !".
Dengan heran raja bertanya pula : "Akukah
yang engkau maksudkan ?" Dia menjawab : "Bukan ! Tuhanku dan Tuhan Tuanku
ialah Allah !" "Engkau mengakui ada lagi Tuhan selain aku ?".
Orang besar itu tetap menjawab : "Tuhanku dan Tuhan Tuanku ialah Allah ?
Raja sangat murka mendengar jawab itu, sehingga orang besar itu
ditangkap dan disiksa, sampai karena tidak tahan menderita sakit
dibukanya rahasia bahwa guru yang mengajarnya ialah anak kecil tersebut.
Anak kecil itu pun ditangkap lalu ditanyai apa benarkah dia dapat
menyembuhkan orang yang dapat penyakit kusta, orang buta dan lain-lain.
Anak itu menjawab bahwa semuanya itu tidak benar ! Dia tidak dapat
menyembuhkan siapa jua pun. Yang menyembuhkan segala yang sakit hanya
Allah Yang Maha Kuasa.
"Akukah yang engkau maksudkan ?" tanya raja.
"Bukan!" jawab anak itu : "Tapi Allah !".
"Bukan!" jawab anak itu : "Tapi Allah !".
"Apakah engkau mengakui pula ada Tuhan selain aku ?" tanya raja lagi.
Dengan tegas anak itu menjawab pula : "Tuhanku dan Tuhan raja ialah
Allah !".
Mendengar jawab demikian anak itu pun disiksa. Dia pun
dipaksa mengakui dari mana dia mendapat pelajaran yang amat ganjil itu.
Karena tidak tahan dipukul, terpaksa dia menunjukkan gurunya, yaitu
pendeta tersebut tadi. Pendeta itu pun segera ditangkap. Dia pun disiksa
dan dipaksa meninggalkan agama yang dianutnya mengatakan ada lagi Tuhan
selain raja, namun pendeta itu tidak mau. Akhirnya karena tidak mau
juga meninggalkan agama bertuhan kepada Allah itu, diperintahkan raja
mengergaji kepala pendeta itu. Kepala beliau digergaji sampai terbelah
dua dan mati.
Kemudian dipaksa pula orang besar yang telah sembuh
dari buta itu meninggalkan agama bertuhan kepada Allah itu dan kembali
hanya bertuhan kepada raja. Dia pun tidak mau. Dia pun digergaji pula,
sampai belah dua badannya dan mati.
Lalu dihadapkan pula anak
kecil itu. Dia pun mulai dipaksa meninggalkan agama yang telah
diimaninya itu. Tetapi dia tidak mau. Lalu raja memerintahkan beberapa
orang membawa anak itu ke puncak gunung, dan raja memerintahkan:
"Apabila sampai di puncak gunung paksa dia sekali lagi kembali kepada
agama kita. Kalau dia tidak juga mau lemparkanlah dia ke bawah !".
Maka dibawa oranglah dia ke puncak gunung. Sampai di sana kedengaranlah
anak itu berdoa : "Ya Allah ! Peliharakanlah aku dari mereka dengan
kekuasaanMu !". Tiba-tiba bergoncanglah gunung itu dan orang-orang yang
mengantarkan itulah yang jatuh dan anak itu selamat.
Dia pun
turun dan terus sekali menghadap raja. Lalu raja bertanya : "Apa khabar
orang-orang yang aku suruh menghantarkan engkau ke gunung ?".
Anak itu menjawab : "Tuhanku telah memeliharakan daku dari mereka".
Rupanya raja belum juga puas. Disuruhnya menangkap anak itu sekali lagi
dan disuruh hantarkannya dengan sebuah sampan ke tengah laut.
Diperintahkan kepada orang yang mengantarkan supaya memaksa anak itu
kembali kepada agama yang lama. Kalau tidak mau supaya dia dibenamkan
saja masuk laut. Sekali lagi anak itu menadahkan tangannya ke langit,
maka datanglah angin ribut sangat besar. Tenggelamlah seluruh orang yang
diperintahkan mengantarkannya itu dan dia sendiri selamat berenang ke
tepi. Dan kembali dia menghadap raja.
Dia pun ditanya apa yang telah kejadian. Dia menjawab-Tuhannya telah menolongnya dan orang-orang itu telah tenggelam semuanya.
Kemudian berkatalah dia kepada raja : "Hai Raja ! Tuanku tidak akan dapat membunuh aku kalau hanya dengan cara demikian. Barulah akan berhasil tuan membunuhku jika tuan kerjakan apa yang aku suruhkan. Kalau tidak tuan kerjakan apa yang aku suruhkan, tidaklah akan berhasil maksud tuan menyingkirkan daku dari dunia ini !".
Lalu raja bertanya : "Apakah yang engkau minta itu ?".
Anak itu menjawab : "Tuan suruh manusia berkumpul di satu tempat.
Kemudian tuan suruhkan menaikkan daku ke atas kayu palang (salib), lalu
tuan ambil satu anak panah kepunyaanku sendiri dari dalam busurnya.
Kemudian tuan bidik aku dengan tepat, lalu baca :
بِسْمِ رَبِّ الغُلاَمِ
"Dengan nama Allah, Tuhan anak kecil ini".
"Dengan nama Allah, Tuhan anak kecil ini".
Dengan melakukan cara demikian barulah tuan dapat membunuhku.
Permintaannya itu dilakukan oleh raja, diambil anak panahnya dari
busurnya dan dengan mengucapkan : "Dengan nama Allah, Tuhan anak kecil
ini". Lalu dipanahnya anak kecil itu, tepat kena pada jantungnya dan
terkulailah kepalanya, sedang tangannya memegang pangkal panah yang
telah tersisip di dadanya dan dia pun matilah.
Tiba-tiba terloncatlah dari mulut seluruh orang yang hadir :
آمَنَّا بِرَبِّ الغُلاَمِ
"Kami beriman dengan Tuhan anak kecil ini".
"Kami beriman dengan Tuhan anak kecil ini".
Gempitalah (meriahlah) suara di tanah lapang itu menyatakan iman kepada Tuhan Allah, yang dipercayai oleh anak kecil itu.
Maka berbisiklah seorang kepada raja : "Tidakkah tuan perhatikan ?
Bukankah apa yang tuan takuti selama ini telah terjadi ? Budak kecil itu
mati, tetapi semua orang telah menganut ajarannya ?".
Sangatlah murka raja melihat manusia telah berbalik arah. Lalu raja memerintahkan menangkapi orang-orang yang terang-terang menyatakan percaya kepada Tuhan anak kecil itu, dan baginda suruh gali lobang-lobang atau parit-parit besar. Dan diancamlah orang : "Barangsiapa yang masih memegang kepercayaan anak kecil itu akan dimasukkan ke dalamnya dan dibakar dan barangsiapa yang kembali kepada agama pusaka nenek-moyang akan selamat".
Mendengar itu tidaklah mereka mundur, malahan
mereka berduyun men-dekati lobang yang ternganga itu menunggu giliran
dibakar. Maka adalah di antara mereka itu seorang perempuan yang sedang
membimbing anaknya, seketika telah dekat ke pinggir lobang itu timbul
ragu-ragu dalam hatinya. Tiba-tiba berkatalah anaknya yang dalam
bimbingan itu : "Teguhkan hatimu, ibuku ! Ibu adalah dalam agama yang
benar !".
Begitulah sebuah Hadis yang dirawikan oleh Imam Ahmad dan
Muslim dan dirawikan juga oleh an-Nasa'i, dari Hadis dan diriwayatkan
juga oleh Termidzi yang berasal daripada Hadis sahabat Rasulullah S.A.W.
Shuhaib.
Ayat dari Surat al-Buruj ini dapatlah menjadi pegangan
bagi tiap-tiap orang yang ingin mengambil teladan dalam kekuatan iman.
Karena kadang-kadang sikap dan sifat lemah tidaklah akan menolong jika
musuh-musuh Tauhid itu telah menyatakan sikap hendak berlaku
sewenang-wenang. Namun mati itu hanya sebentar saja. Setelah putus nyawa
bertemulah apa yang dicita oleh Mu'min, yaitu liqa-a rabbihi : Berjumpa
dengan Tuhannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar