Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
memerintahkan para sahabatnya untuk segera berangkat ke Tabuk menghadapi kaum
kafir, mereka semua bersegera menyambutnya. Hanya beberapa orang sahabat yang tidak mengikuti peperangan
tersebut, selain orang tua, para wanita dan anak-anak serta orang-orang
munafik. Panen kurma hampir tiba dan masa itu musim panas yang terik sedang
melanda, sementara perbekalan dan persenjataan yang dimiliki sangat minim,
akan tetapi Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam dan para sahabatnya Radhiyallahu’anhum tetap berangkat.
Diwaktu itulah keimanan dan pengorbanan para sahabat diuji. Orang-orang munafik
mulai menyebarkan desas-desus dan menghasut para sahabat Radhiyallahu’anhum
agar tidak meninggalkan kebun kurma mereka dan tidak menyertai peperangan
tersebut. Hasutan para munafiqin itu tidak hanya kepada para sahabat Radhiyallahu’anhum
tetapi istri para sahabat Radhiyallahu’anhuma pun tidak luput dari hasutan
mereka. Mereka para munafiqin itu berkata, "suami-suami kalian pergi ke
Tabuk sementara kurma di kebun-kebun kalian sebentar lagi ranum, siapakah yang
akan mengurusnya. Mereka meninggalkan kesempatan yang bagus ini dan pergi
meninggalkannya begitu saja". Istri-istri para sahabat itu menjawab dengan
keimanan mereka, "pencari rezeki telah pergi dan pemberi rezeki telah
datang". Pada masa itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para
sahabat Radhiyallahu’anhum dengan pertolongan Allah Subhaanahu wata’ala kembali
dari peperangan dalam waktu yang sangat singkat. Allah Subhaanahu wata’ala
menjaga kebun-kebun kurma dan keluarga mereka. Tidak satupun buah kurma yang
telah masak itu jatuh dari tangkainya, panen mereka berlipat ganda hasilnya dan
walaupun demikian harga kurma Madinah
saat itu mencapai harga tertinggi sehingga para sahabat Radhiyallahu’anhum
tidak mendapatkan kerugian sedikit pun. Sampai saat ini kurma Madinah adalah
yang paling digemari dan terkenal di mana-mana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar