Jumat, 15 Juli 2016

Kurma Madinah

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan para sahabatnya untuk segera berangkat ke Tabuk menghadapi kaum kafir, mereka semua bersegera menyambutnya. Hanya beberapa orang  sahabat yang tidak mengikuti peperangan tersebut, selain orang tua, para wanita dan anak-anak serta orang-orang munafik. Panen kurma hampir tiba dan masa itu musim panas yang terik sedang melanda, sementara perbekalan dan persenjataan yang dimiliki sangat minim, akan  tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya Radhiyallahu’anhum tetap berangkat. Diwaktu itulah keimanan dan pengorbanan para sahabat diuji. Orang-orang munafik mulai menyebarkan desas-desus dan menghasut para sahabat Radhiyallahu’anhum agar tidak meninggalkan kebun kurma mereka dan tidak menyertai peperangan tersebut. Hasutan para munafiqin itu tidak hanya kepada para sahabat Radhiyallahu’anhum tetapi istri para sahabat Radhiyallahu’anhuma pun tidak luput dari hasutan mereka. Mereka para munafiqin itu berkata, "suami-suami kalian pergi ke Tabuk sementara kurma di kebun-kebun kalian sebentar lagi ranum, siapakah yang akan mengurusnya. Mereka meninggalkan kesempatan yang bagus ini dan pergi meninggalkannya begitu saja". Istri-istri para sahabat itu menjawab dengan keimanan mereka, "pencari rezeki telah pergi dan pemberi rezeki telah datang". Pada masa itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat Radhiyallahu’anhum dengan pertolongan Allah Subhaanahu wata’ala kembali dari peperangan dalam waktu yang sangat singkat. Allah Subhaanahu wata’ala menjaga kebun-kebun kurma dan keluarga mereka. Tidak satupun buah kurma yang telah masak itu jatuh dari tangkainya, panen mereka berlipat ganda hasilnya dan walaupun demikian harga kurma    Madinah saat itu mencapai harga tertinggi sehingga para sahabat Radhiyallahu’anhum tidak mendapatkan kerugian sedikit pun. Sampai saat ini kurma Madinah adalah yang paling digemari dan terkenal di mana-mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar